Ditulis Kamis, 19 Januari 2017
Badanku
terasa tak nyaman, pandanganku pun mengabur. Mata perlahan sayup diiringi titik
di bagian kepala yang mulai bereaksi. Ototku secara otomatis mengeras diarea
punggung. Hidungku tersumbat oleh cairan yang lengket, tak berguna sekali untuk
dibiarkan. Tubuhku drop sekali.
Ingatanku sedikit terganggu. Kepala terasa berat bila digunakan untuk berfikir.
Kini aku menanggung apa yang disebut badan tak enak. Hawa dingin mendekap,
serasa tulang dan kulitku menjerit bersamaan. Kondisi psikologisku tak stabil.
Tubuhku terasa tak seimbang semenjak kupaksa duduk menahan tekanan hidung yang
tersumbat oleh cairan parasitisme. Kuakui kertas silver itu membunuhku
perlahan-lahan. Bagaimana tidak, aku harus memilah bagian mana yang tidak
penting pada kanvas silver tersebut. Jumlahnya pun sangat banyak. Bisa dibilang
kertas silver itu adalah bahan mentahnya cutting
sticker. Dilema hati antara rasa bosan dan rasa malu saat itu, ~secara tak langsung aku mengemban
tanggungjawab kecil dari perusahaan yang sedang kuikuti alurnya, kau tahukan
bagaimana tindakan atasan kepada bawahan ketika di dunia kerja?.
Tak berhenti dari situ. Ketika Aku
dan Arif memaksakan diri untuk pulang, kami malah pergi ke tempat tertinggi di
Gresik. Jalan menanjak itu kami susuri berdua diatas sepeda Soul ungu andalan
ibuku. Rasa lelah dan letih berganti sesaat dengan kagum dan puas. Wilayah
selatan hingga menjorok ke utara terlihat dari atas. Bangunan yang semula
terlihat besar namun disini terlihat sangat kecil. Awan biru itu selalu
mengikuti pandangan mata. Hijau rimbun yang berada di beberapa titik terlihat
sejuk sejauh mata memandang. Lagi-lagi kunikmati karya tuhan yang kupijak
diatas bukit kapur yang elok.
0 komentar:
Posting Komentar