hendrosalam boboh menganti gresik

Rabu , 2 November 2016
hendrosalam boboh menganti gresik
Hari yang membingungkan telah kujalani. Semua rasa lelah dan letih kurasakan serentak dan berderet seperti ingin melemahkan kondisi fisikku yang sudah lunglai. Terhasut oleh pemikiran-pemikiran kecil dari seseorang membuatku merasa kecewa dan muak untuk mengakuinya. Berawal dari ajakan Si Rizal yang menyuruhku untuk datang ke Glintung untuk membuat film pendek yakni tugas Bu Yunita yang diserahkan kepada kami. Tetapi ternyata waktuku terbuang untuk menunggu beberapa orang yang ingin ikut juga berpartisipasi dalam pembuatan film pendek ini. Aku, Rendika, Rizal, Arif, Rudi, Danak, Sherly, Sindy, dan Sita kami semua mewakili teman-teman yang tidak mengikuti proses pembuatan film ini. Namun nyatanya setelah kami semua berkumpul dan berbincang-bincang malah memolorkan waktu yang sudah molor. Di Stasiun Rel KA Glintung kami bercengkrama disana, dan memang ku tak tertarik atas keramaian tersebut. Berdalih dengan memilih angle kamera yang tepat membuatku merasa juga bersalah karena tak mengikuti perbincangan hangat semua temanku mengenai film yang akan dibuat ini. Alih-alih kami ke rumah Arif dan duduk ria di halaman belakang rumahnya yang bersebelahan dengan sawah yang lumayan becek. Sempat juga kami terganggu oleh orang yang tak perlu ke area kami, entah siapa orang itu yang pasti menyangkut atas Sherly sendiri. Anak perempuan pulang duluan pada pukul 4 sore sedang yang lain bersepeda setelah setengah rencana dari film tersebut sudah di garap. 


Aku, Rendika, Rizal, Danak, Arif, dan Rudi , pertama-tama kami menuju ke Perumahan Siwalan yang katanya ada perumahan didalam perumahan dan nyatanya memang benar. Aku mendapati sebuah nama yang dicetak cor berukuran besar tepat sebelah pagar besi pintu masuk menuju perumahan yang didalam perumahan tersebut, tetapi sayangnya aku lupa namanya. Beranjak dari Siwalan kami menuju Hendrosalam, yah tempat ini membuatku merasakan flashback yang sangat memalukan bagi diriku sendiri disini. Yaitu kulakukan kegiatan yang seharusnya tak dilakukan orang normal saat sore hari. Back to point, kami menuju jembatan penghubung rel KA yang bersebelahan dengan jalan kecil yang kami lalui. Setelah sampai kami disambut suara qiroah maghrib namun tak kami gubris sekalipun. Setengahnya menikmati jembatan dengan mendaki besi-besi penyangga jembatan sedang yang lain berjalan-jalan santai di jalan setapak yang terbuat dari besi. Kami berfoto ria dan menikmati hijaunya alam disana. Semuanya tampak senang akan kebersamaan yang secara sengaja kami buat sendiri di atas jembatan besi ini. Yah walaupun aku tak terlalu suka akan kegiatan berfoto-foto namun aku tak bisa mengelak kalau pada momen penting dan mungkin tak akan kulakukan lagi disini. Yang membuatku heran adalah kepalaku tiba-tiba tak sadar beberapa detik dan bersamaan dengan itu pandanganku tiba-tiba kosong sesaat. Seolah-olah aku seperti mau pingsan dan ingin tak sadarkan diri. Tetapi saat kumenoleh kekanan tiba-tiba bagian pundakku merinding sekejap ketika melihat kerumunan rumput alang-alang yang berkolaborasi dengan yang lain tepat dibawah samping jembatan yang kupijaki. Entahlah apa itu yang jelas aku sedikit menikmati kesenangan ini. 




Incoming search : hendrosalam boboh menganti gresik, menganti gresik, jembatan rel kereta api, jembatan ka, jembatan penghubung, jembatan sepi, panorama jembatan kereta api, panorama hijau, sunyi dan sepi di jembatan

0 komentar: