Kamis, 20 Oktober 2016
Perenunganku terlaksana ketika sudah pukul 7 malam. Saat itu aku merasa ingin melakukan hal tersebut, seolah-olah seperti meditasi yang setengah-setengah. Berpakaian biasa dengan celana jeans pendek warna biru kupakai untuk bersantai ria di tempat duduk tepat di sekitar area pintu masuk Perum Palem Pertiwi Menganti. Waktu itu memang tempat duduknya dalam keadaan kosong tanpa pengunjung sehingga aku sendiri bisa leluasa mendekati dan berduduk ria disana. Suasana malam itu memanglah sangat ramai entahlah apa yang membuat intensitas pengguna kendaraan ramai, yang jelas alasan yang paling logis adalah terlalu banyaknya pengguna kendaraan yang membeli sepeda motor baru tiap tahun. Dan itu selalu terjadi secara permanen sampai tahun berikutnya berturut-turut tanpa henti. Mungkin itu pendapatku mengenai intensitas kendaraan yang ramai.

Pukul setengah delapan malam sudah memaksaku untuk kembali pulang kerumah tanpa membawa buah tangan. Ketika ku menoleh kekanan melihat pertigaan jalan yang masuk kedalam perumahan Swan Menganti Mas itu terasa ada yang menarik dipikiranku. Kuraba-raba kantong belakang celanaku dan ternyata masih tersisa uang lima belas ribu dan itu memang cukup untuk membeli sesuatu yang memang ingin kubeli. Berjalan masuk kearea kompleks perumahan yang sudah lama tak kukunjungi membuatku serasa nostalgia akan peristiwa dan kejadian yang pernah kualami tahun lalu. Bersama Dani, Aldo, dan teman-teman membuatku serasa lebih hidup ketika saat itu. Momen menyenangkan bercanda bersama, bersepeda, dan tertawa lepas kualami pada bulan ramadhan yang sudah lewat. Bermain sepak bola dengan anak Swan, rantai sepedanya Aldo rusak dan sekarang ditambah lagi kenangan siswa Puspa Nurani yang berinisial Pak Bem tak pernah ikut kegiatan Puspa Nurani dan kebetulan rumahnya juga di Swan Menganti Mas.

Melihat tiang bersinar terang dengan nama Breaks Cafe membuatku terheran-heran dan ingin menyicipi menu hidangan dari cafe tersebut. Dua tahun lamanya aku tak pernah kesini dan dulu masih berupa toko dengan area ruang duduk pelanggan yang masih kecil. Namun sekarang dilengkapi CCTV, lampu LED, TV LCD, pelayan, dan juga tempat kasir lengkap dengan alat pembayarannya juga. Yah bisa dibilang cafe ini maju dan berkembang sesuai yang diharapkan oleh pemilik usaha rumahan ini. Waktu itu aku hanya memesan satu es poke dan duduk sendirian tepat dipojok pintu masuk cafe menghadap TV. Lumayan banyak cewek yang menikmati hidangan disana dan aku masih asyik dengan diriku sendiri yaitu merasakan deg-degan dihati. Entah apa penyebabnya yang pasti aku sedang belajar menguasai mental ku sendiri. Es Poke itu seharga Rp. 7000 dan itu lumayan cukup untuk menghabiskan uangku sendiri. Yah terkadang pada waktu tertentu saja aku bisa berubah menjadi orang yang suka menghabiskan uang tetapi pada dasarnya aku memang tidak suka akan menghamburkan uang dengan alasan yang tidak penting. Kira-kira limabelas menit berlalu aku nikmati di kursi hijau yang nyaman kupakai sendiri tanpa ada lawan bicara.
incoming search: breaks cafe, menganti, swan menganti mas, perumahan swan menganti mas, pelem watu menganti, gresik selatan, cafe rumahan, breaks cafe menganti frommans, breaks cafe swan menganti frommans, breaks cafe swan menganti mas frommans
0 komentar:
Posting Komentar