28 Agustus 2016

Lepas lelah malam kamis yang letih kuhabiskan bersama lintinganku. Berlatih dan berlatih terus menerus mengenai atraksi atau lebih tepatnya peragaan seni di Perum Green Menganti Gresik. Tersisa jeda satu hari untuk menyegarkan fikiran lagi dan kuhabiskan itu dengan menonton film. Jumat pun berlalu dan hari sabtu adalah latihan terakhirku bersama kawan-kawan. Sebelum latihan dadaku terasa tak enak dan resah sekali. Entah rasanya saat bercakap-cakap dan ikut dengan keramaian kurang nyaman. Kadang kuberfikir sejenak sesaat setelah mengucap kata dan berbincang-bincang. Ku merasa muak dengan sandiwara dan keramaian ini. Aku lelah memakai topeng yang kupakai terus menerus. Aku lelah dengan sandiwara dan percakapan tak penting. Aku lelah dengan keramaian yang menyesakkan dada. Aku merasa seperti berlari dari kenyataan. Memang aku pendiam dan tak suka bersosialisasi terlalu panjang. Tapi apakah aku tak bisa merasakan nikmatnya bicara tanpa rasa malu dan mengganjal dihati. Aku lelah dengan keramaian ini. Aku ingin pergi dari semua omongan ini dan topeng yang kupakai. Aku lelah berpura-pura senyum tertawa sok tahu dan bertukar pendapat. Aku ingin menikmati kesendirianku yang membuatku merasa lebih lega. Apa mungkin aku kurang merenung ?. Ataukah berfikir terlalu banyak ?. Ataukah gara-gara tidak sholat. Yah memang semenjak Puasa Mutih itu selesai kini kurasakan kebebasan tak ternilai harganya dan hanya bisa dirasakan oleh diri sendiri. Aku mulai bermalas-malasan kembali. Saat latihan Sabtu malam pun aku merasakannya. Muak lelah dan terbebani. Tapi kufikir lagi itu memang sudah tanggung jawabku sebagai murid. Setidaknya kulakukan yang terbaik selagi aku masih murid yang beranjak ke pelatih. 

Saat tampil hari minggu aku merasa kantuk yang berat di area mataku. Mungkin gara-gara malam sebelumnya melihat film Box Office. Pagi itupun ku dibangunkan oleh ayahku yang katanya aku dipanggil temanku. Memang benar, beranjak pergi meninggalkan kasur ada Arya menuggu didepan rumah memakai sakral lengkap. Ku mempersiapkan barang yang kubawa dengan santai dan perlahan. Karena pikirku mungkin peragaanya agak siang-siangan. Sesampai di Bandut aku lupa tak membawa hasduk pramuka. Untung saja ada Aji, ia meminjamkan hasduknya kepadaku. Setelah kusetel hasduk dan baju, aku merasa hasduk dikepalaku ini tak cocok. Sumpek sekali rasanya memakai seperti itu. Saat menuju ke panggungnya pun disuruh menunggu kembali. Banyak kerumunan warga antusias memeriahkan undian dan gerak jalan yang mengelilingi panggung dengan kartu undian ditangan. 

Saat peragaan aku tak merasakan gugup maupun canggung. Mungkin kupikir sejenak aku sedikit tegang dan tergesa-gesa. Saat sambung dengan arya yang memasuki gerakan tambahan baru, aku lupa dan sedikit kebingungan. Sabuk yang kupakai pun terlepas. malu sih tidak , aku hanya merasa kecewa. Tak bisa memberikan yang terbaik buat teman-teman. untung ada grupnya Faris yang sukses membuat penonton tegang melihat aksi sambungnya yang anti mainstream. Cambuk pun begitu. Yah walaupun saat peragaan grup Faris musiknya tak cocok sesuai keinginan. Saat memecahkan batok kelapa pun begitu. Sang Aji yang terlalu antusias mendahului temannya kini gagal memecahkan batok kelapa sampai tiga kali. 


Mungkin aku harus membayarnya saat peragaan di RTnya Pak Min


0 komentar: