Hampa kurasa sendiri seorang selama beberapa tahun. Rasa-rasa yang menggunggah hati perlahan perlahan pudar tanpa pengulangan. Kerinduan akan perasaan itu semakin melancip ketika dia datang. Angin sepoi-sepoi berhembus mesra diantara kerumunan orang yang berada di ruangan kecil. Titik hening kumulai dari sini. Dari awal memang sudah ku mantapkan dalam hati hanya untuk sekedar belajar dan berkenalan satu sama lain. Tetapi alasan itu kini pupus sudah semenjak dia datang. Terdiam dan anggun setiap meliriknya. Terkadang mataku beradu dengan tatapannya yang sangat nyaman ketika dibayangkan.  Kupikir ini hanyalah sebuah awalan saja tetapi aku salah fatal. Sekarang aku yang menyediakan diri untuknya. Aku yang memulai duluan. Aku memang sangat-sangat bodoh. Perbuatan itu bukanlah ciri khas ku. Tiba-tiba malam hadir sangat cepat. Aku yang bertanggungjawab melatih para murid ku harus pergi menuju tempat latihan. Tetapi bukan itu tujuan ku menuliskan ini. Melainkan rembulan kuning di ufuk barat mengingatkan ku akan dirimu yang semu. Selalu kuingat bulan itu yang berkilau indah sangat-sangat indah saat tengah malam kunikmati sendiri seorang. Kuning bercahaya terang membuat malam yang kulewati cepat berakhir dengan sebuah perumpamaan. Yaitu perumpamaan tentang dirimu dan sang rembulan. Ia hanya menampakkan setengah dari diri nya, sama seperti mu. Setengah-setengah namun sangatlah nyaman dipandang. Sekarang kunikmati perasaan yang terombang-ambing pada suatu hal yang tak pasti.

#SatDiary

0 komentar: