Minggu pagi dibangunkan oleh adikku tiba-tiba. Seolah-olah nyawaku begitu cepat dan refleks. Tatapan yang kabur serta wajah berminyak tak kuhiraukan dan bergegas keluar. Kulihat si Arif menungguku diluar memakai jaket biru tua. Aku langsung teringat tentang renang. Kusuruh ia duduk di teras sambil menungguku. Tetapi ia njeliwet, bergerak kesana kemari dan tak mau diam. Kurasa ia sedang terburu-buru. Perlahan tapi pasti aku bergegas mandi. Menyiapkan tas dan pakaian yang kubawa. Badanku terasa ringan sekali serasa nyawa itu masih setengah-setengah. Kucari uang sepuluh ribuku yang kuselipkan di buku tabungan. Tetapi saat ku cek di dalam tas ternyata buku tabungannya tak ada. Terpaksa aku hanya bisa membawa uang delapan ribu plus ditambah ibuku sepuluh ribu.
"Rip, aku nggak ada sepeda pake sepeda mu aja yah ?!". "Waduh man, nanti sepeda ku dipake buat ganti ban". Terpaksa kupakai sepeda ibuku. Yah, walaupun ibuku ikhlas nggak ikhlas ngomongnya. Aku ke glintung dulu menyusul danak. Sesampainya disana disuruh ibunya untuk masuk rumahnya. Si danak sedang mengintip di celah-celah pintu kamarnya. Ia sedang memilih baju yang ia pakai nanti. Si arif pulang dulu katanya ganti baju biar nggak kelamaan menunggu. Si danak yang sedang makan tiba-tiba menawariku untuk makan dirumahnya. Apa boleh buat, kuterima tawaran itu karena sebelumnya aku belum sarapan pagi. Dikasih daging ikan . Terpaksa aku nggak memakan semuanya karena males buat milihin antara daging dan tulang yang kecil-kecil itu.
Si arif sudah datang, aku dan danak sudah siap pergi. Maunya sih rudinya diajak juga tapi dia jalan-jalan sendiri jadi, kerumah jiyok dulu. Jiyok, kakak kelas smk yang lumayan koplak. Dirumahnya untung tak menunggu begitu lama. Si danak pulang untuk mengambil stnk mengingatkanku akan stnk sepeda yang kubawa. Aku tak bawa stnk jadi aku harus pulang terlebih dahulu. Kami semua lewat jalur dalam. Desa Ngablak menuju Desa Banyu Urip dan seterusnya sampai di Perumahan Citraland. Yang melewati patung singapura , bola billiard dan dadu kubik besar. Didepanku, terpampang jelas perempatan dua jalur jalan raya ramai. Aku hanya berbelok kekanan sedikit. Terpampang jelas logo Universitas Negeri Surabaya UNESA menempel diantara dinding gedung tinggi tersebut. Kuambil STNK dan menyerahkan uang ke tukang parkir. Kukira tiket masuk renangnya dua belas ribu tetapi enam belas ribu.
Aku hanya membayar sepuluh ribu diantara tiga temanku. Kami semua bingung, mencari tempat duduk dulu atau ganti baju dulu. Kami semua njeliwet diruang ganti. Si arif dan danak sudah lihay berenang sementara aku dan jiyok tidak seberapa. Kurang lebih dua jam kami berenang. Tertawa bersama, makan bersama kami lakukan hanya untuk besenang-senang sesaat. Pulang sekitar pukul setengah dua dan tak membawa apa-apa maupun makan bersama-sama. Kami semua lelah. Untung saja kaporit kolamnya tak terlalu banyak.
0 komentar:
Posting Komentar