Images https://i1.imgiz.com
Bagi yang sudah mendengar kata-kata Skrillex maka yang ada dipikirannya adalah dubstep nya. Lagu Skrillex mempunyai  ciri khas yaitu pada beat dan tempo yang selalu berubah-ubah. Instrumen yang ia gunakan memiliki kapasitas sendiri-sendiri dalam setiap ritme yang berjalan. Dan disinilah saya sangat antusias mendengar lagu dari Om Skrillex. Seperti pada judul diatas, saya sendiri menyadari bahwa saya tidak bisa menterjemahkan nya secara kompleks. Pada awalnya saya menemukan lagu ini dalam situs video online YouTube. Dari segi aspek yang terkandung dalam unsur musik tidak ada yang salah dengannya. Malahan membuat orang yang mendengarnya keasyikan dibuatnya. Namun pada saat menit-menit terakhir video ada hal yang sangat janggal. Membuat orang bertanya-tanya dan bahkan berbau SARA. Oke, langsung saja aku mulai dari awal. Di dalam video tersebut disajikan seorang yang masuk dalam penjara, ia berolahraga, berlatih setiap hari hingga masa tahanannya berakhir. Disinilah beberapa motivasi kudapatkan. Ia --sebagai subjek utama-- dengan tidak bosannya mengulangi usahanya untuk meningkatkan daya bertarungnya tanpa henti disekitar lingkungan yang tidak memungkinkan. Orang-orang malas, lingkungan yang kumuh tidak bisa menyurutkan semangatnya dalam berlatih.

Lalu hari kebebasan pun tiba. Ia sudah bersiap untuk bertarung kapanpun berkat latihannya pada masa rehabilitasi. Istrinya menunggu lalu membukakan pintu mobil dengan rasa bahagia. Mereka berkelana ke sana kemari, tertawa lepas. Lalu, muncullah sebuah problema yang membuat suasana hati mereka berubah drastis. Pekerjaan kah?, Atau sekadar hobi?, Atau Memang di paksa mengikuti pertarungan jalanan saya sendiri kurang tahu. Terjadilah percekcokan antara mereka berdua. Terlihat dari raut muka Sang Istrilah yang menjawab sebuah perselisihan antara mereka. Sang istri tidak setuju dengan pekerjaan yang dilakoni suaminya. "Tetapi mau bagaimana lagi?" Raut muka Sang Suami menjabarkan kata yang tak bisa kudengar. Dari sini saya menarik kesimpulan bahwa bersenang-senang itu adalah hal yang mengasyikkan. Tetapi dalam konteks harus tepat sesuai porsinya. Dalam menjalani hubungan pun begitu. Kita seharusnya berdiskusi menggunakan kepala dingin terlebih dulu dan jangan pernah mengucapkan kata-kata yang dapat menyulut emosi bagi si pendengar. Toleransi adalah hal mutlak dalam  berbagai aspek sosial.



Melihat sang suami yang bersikukuh tetap ingin melanjutkan aksinya, sang istri hanya bisa melihat suaminya dari sisi luar arena bertarung, membaur bersama penonton yang bersorak-sorai. Beberapa menit berselang waktunya sang suami unjuk gigi melawan lawan yang berbadan kekar. Lebih kekar dari dirinya. Tetapi apa?, Sang suami menang telak atas lawannya. Lawannya yang jatuh tersungkur tidak dapat membuat dirinya merasa puas. Ia terus memukulinya hingga babak belur tak tersisa. Sontak kejadian diluar skenario pun berjalan dengan lancar. Pemain yang sebelumnya bermain tiba-tiba menodongkan pistol ke kepala sang suami. Semua penonton yang sebelumnya bersorak-sorai tiba-tiba hening. Tidak mengucapkan sepatah kata apapun. Duarrrrr...!!!, Spontan sang istri menembakkan peluru pistolnya ke arah penodong tadi. Sayangnya peluru malah salah sasaran. Sang suami tiba-tiba merintih menahan sakit. Peluru pistol menancap pada perutnya. Semua penonton lari kocar-kacir. Mereka berdua turut kabur dari dari arena. Sang suami menahan rasa sakitnya di kursi belakang sementara sang istri menancapkan gas tanpa tahu arah. Sayangnya pada saat insiden kejar-kejaran laju mobil mereka terlalu lamban daripada si pengejar. Tepat ditengah-tengah gurun awan bergulung-gulung diatas langit. Menghitam. Semua pengejar menodongkan senjata api kearah kaca mobil mereka. Sang istri sangat ketakutan namun aneh. Tiba-tiba muncul orang berpakaian hitam dari tengah-tengah gurun. Pada akhir sesi cerita terlihat orang yang berpakaian hitam tersebut sedang membawa Al-Qur'an. Saya tidak mengerti maksud scene akhir ini. Tetapi sesaat sebelum Al-Qur'an itu tiba didepan mobil mereka, sang suami telah meninggal duluan. Ditembakilah orang bercadar hitam tersebut dengan para pengejar lalu bergegas pergi menjauh. Yang saya ketahui maksud dari scene ini adalah bertobatlah sebelum semuanya terlambat. Semua manusia bertanggungjawab atas apa yang mereka lakukan didunia. Tidak ada yang lebih penting melainkan semuanya nantinya kembali kepada sang khalik. Tetapi dilain itu unsur-unsur keislaman pada video ini agak rancu penjelasannya. Bisa dibilang islam itu teroris, Islam itu anti teroris, agama adalah penerang jalan yang lurus, atau bahkan bisa dijadikan bahan untuk memecah-belah umat, antek-antek yang tidak bertanggung jawab juga berkemungkinan menunjukkan suatu maksud yang jarang kita pahami dan memang benar pembuatan skenario video ini juga pasti bertujuan, entah berkebalikan atau malah yang sebenarnya. Saya tidak mengatasnamakan Islam sepenuhnya karena saya disini menulis juga penuh dengan kebimbangan. Saya hanya mengambil dari sudut pandang yang positif. Yakni motivasi diri. Ketidakjelasan informasi ini malah menjerumuskan nantinya. Maka dari itulah apabila artikel yang saya publikasikan ini agak kurang berkenan mohon berkomentar. nantinya akan saya tindak lanjuti. 

0 komentar: