Minggu, 12 Maret 2017
Minggu pagi datang menghampiri. Seluk beluk peristiwa yang akan terjadi dimulai pukul sepuluh pagi. Mataku mengabur berkunang-kunang menatap layar televisi yang monoton. "Ayo Keluar!" Suara berat itu mengalihkan perhatianku. Muka kusut belepotan keringat kunikmati dalam liburnya jadwal harianku yang padat. "Kemana yah!?" Kurespon ajakan dari ayah dengan sebuah pertanyaan. "Pokoknya keluar!", Jawaban singkat dari ayahku pada awalnya hanya ucapan yang biasa, semua orang tua bisa mengatakan seperti itu. Tetapi setelah kupikir dua kali berjongkok di area pembuangan limbah ampas dari manusia aku tersadar ada yang janggal. Kenapa hanya aku yang diajak keluar. Mengapa tak sekeluarga sekalian. Oke fix  kalau masalah budget sekeluarga tak bisa keluar bersama. Tetapi dilain itu kedua adikku mengapa tak diajak?, padahal ruang jok sepeda kalau di press  masih sempet ada ruang untuk leluasa mengontrol pantat yang terkadang kambuh oleh lobang jalan yang bergelombang. Selain itu masih ada hal yang cukup ganjil buatku. Kalau memang niat keluar mengapa tak sekalian bawa sepeda dua?. Aku sama adikku yang perempuan atau sebaliknya ayah dengan adikku perempuan kan enak?. Oke back to point,  dalam minggu itu persiapanku kurang matang, hanya bermodalkan handphone yang hanya bisa dipake untuk hal yang berbaur dengan internet sementara tak bisa dipakai untuk nelpon dan sms. Padahal kalo dipikir lagi itu bisa jadi masalah yang besar jikalau musibah menimpali diriku yang sementara kedua orang tuaku hanya bisa berkomunikasi lewat telepon dan sms. 

     Siang yang cerah kulalui bergantian dengan daerah yang kususuri selama perjalanan berlangsung. Di siang bolong kurasakan terik cahaya sang surya kian memanas kala tengah hari menjelang. Daerah yang pernah kulalui terbesit tiba-tiba dan mengingat momen-momen sebelumnya. "Mau dibawa kemana sih" Tanyaku dalam hati. Tak begitu lama setelah berargumen dengan pikiranku berlangsung, gedung tinggi besar menjulang tepat didepanku. Setelah berhitung dan memahami lingkungan setempat aku langsung paham ketika papan nama besar terlihat gagah menempel di antara tebing gedung yang menjulang. 'Hi Tech Mall', nama itu begitu terkemuka diakalangan pemerhati teknologi masa kini, khususnya daerah Surabaya sendiri yang menyandang kota terbesar kedua setelah Ibu Kota Jakarta. 

     Teringat akan siaran stasiun radio yang menyiarkan promosi dan informasi mengenai 'Hi Tech Mall'. Aku langsung bergegas ke lantai dua, yakni gudangnya perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software).  Tempatnya luas sekali, berbagai macam merk ternama ada di sini. Pada awalnya aku dan ayah berkeliling memahami area jual para pencari konsumen. Namun, terlalu banyaknya ruko membuatku bingung dan malas. Bingungnya karena barang yang dijual itu tak nampak wujudnya, hanya bisa dibayangkan lewat perantara para sales yang mendekripsikan barang yang dijual. Malasnya karena tiap sudut-sudut gedung serta tempat yang banyak pengunjung yang berkeliling dipenuhi dengan sales yang membuatku risih. Padahal sudah mengatakan tidak mau tetapi si salesnya masih nyolot. Yah memang benar sih itu bagian dari pekerjaannya tetapi barang yang di tawarkan itu tidak cccok dengan konsep awal yang kurencanakan yakni 'PC'. Mengapa?, karena PC memiliki kelebihan yang menurutku sangat signifikan dibanding laptop. Pertama dari segi kerusakan komputer yang dominan kenapa?, karena kita bisa tau wujud perangkat keras yang rusak daripada laptop yang sebagian merk casingnya tidak bisa dicopot sembarang apalagi Motherboard. Kedua, bisa menambah atau mengupgrade  perangkat keras yang gunanya untuk mengolah konsep awal pada data yang sesudah dibuka seperti; Processor, RAM, VGA, ketiga diatas itu sangat berpengaruh bagi performa dari PC yang digunakan. Mungkin hanya itu kelebihan yang bisa ku utarakan kepada pembaca dan sedangkan laptop, kelebihan laptop adalah pertama, bisa dibawa kemana saja. Kedua, bisa konek ke spot-spot Wi-Fi (ini sangat penting bagi para downloader sejati). Ketiga, Arus listrik yang di terima dan dikeluarkan oleh laptop sangatlah minim sekali karena memang sudah satu paket dengan bodi laptop. Oke back to point,  seorang sales menawariku dan sok kenal dengan ayahku. Dia menjelaskan kriteria PC yang sekirannya klop dengan konsep awal. Kemudian aku dan ayah berunding untuk membahas bisikan halus dari sales yang sangat lihay ini. Alhasil kuterima dan aku diajak masuk ke salah satu tempat yang isinya hanya ada berbagai macam merk laptop.


     Pada awalnya aku masih bingung karena ekspetasi dan realita yang terjadi tidak sesuai dengan iming-iming sales. Tetapi setelah berunding lama dari para pegawai akhirnya kuputuskan untuk meng-iyakan tawaran dari mereka. Yang membuatku bosan disitu yaitu menunggu PC rakitan yang kupesan sesuai kriteria awal. Dua jam lebih duduk termenung menyapu keringat dingin diantara kerumunan konsumen yang datang bergantian. Setelah dua jam menunggu, penantianku ujung episode ketika kotak kardus terbungkus rapi oleh plastik putih. Tetapi itu bukan ending dari semua ini, aku harus menunggu lagi karena PC yang sudah terakit belum terinstal penuh oleh sistem operasi yang kompatibel dengan motherboard. Bagaimana tidak, selepas kuutarakan kepada teknisinya untuk menginstallnya dengan windows 10  kini sirna untuk ketiga kalinya. Akhirnya kuputuskan balik ke windows yang lama dan kompatibel untuk semua versi software keluaran terbaru. Pulang balik kerumah pun tidak sebagaimana mestinya pada awal perjalanan. Suasana tiba-tiba mendung dan meredup disertai angin. Terpaksa berhenti sejenak di warung makan sembari menunggu hujan mereda. Setibanya dirumah pun begitu, kabel power CPU  tidak ada di dalam kardus lantas aku bergegas keluar membeli kabel power yang seharusnya terinput  pada slot  Power Supply

0 komentar: