Rabu, 26 Oktober 2016

Hari itu bertepatan selesainya aku untuk bersabar dalam melakukan puasa. Memang hukumnya sunnah tetapi, kucoba untuk melakukannya dengan sepenuh hati. Pagi hariku disekolah sudah dituntut oleh Rama. Rabu pagi itu masih berkisar pukul tujuh lebih. Tetapi beberapa menit setelah pelajaran Pak Fahmi dimulai si Rama mengintipku di celah-celah jendela kecil tepat bersebelahan dengan kelas 10 Multimedia. Ia memanggilku dan terpaksa aku sudah menyerah akan apa yang harus kulakukan. Ia menyuruhku untuk bersama-sama ke Polsek Menganti untuk menindak lanjuti keterangan proposal yang belum tersampaikan langsung oleh atasan Polsek Menganti, yakni Pak Tofan. Akhirnya aku berurusan lagi dengan guru BK yakni Pak Agung. Kami berdua sebelum itu harus pulang terlebih dahulu untuk mengambil helm. Suasana memang dalam keadaan hujan rintik-rintik, angin sepoi-sepoi menabrak kaca helm ku dengan antusias. Sampai disana kami melihat banyaknya sepeda motor yang dipakirkan disebelah kantor Polsek. Si Rama menanyakan keberadaan surat proposal kami kepada pengawas di ruang depan Polsek dan kami disuruh untuk menuju keruangan SKCK. Tetapi setelah mengintip di kaca hitam ternyata orangnya belum datang. Kami menunggu kira-kira limabelas menit sebelum kami kembali. 

Kunjungan satu kali pada hari rabu itu gagal dan kami tak dapat menemui Pak Tofan sendiri. Sebelum pulang kira-kira pukul duabelas lebih si Rama terburu-buru mengajakku untuk kesana lagi karena salah satu dari pak polisi yang kami tanyai itu berkata bahwa Pak Tofan akan ada pada jam dua belas. Laptop dan buku kukemas ke dalam tas. Aku dan Rama tanpa megurus surat izin dari BK lagi langsung meluncur kesana. Tetapi sampai disana tetap kami disuruh ke SKCK lagi. Dan ruang SKCK itu tutup lagi sama seperti tadi pagi. Kami menanyakan keberadaan Pak Tofan tetapi salah satu dari temannya bilang ia sudah pulang. Kami berdua menunggu dikursi duduk tepat dimuka pintu ruang SKCK. Beberapa menit kemudian pintu SKCK terbuka lebar dan kami dihujani keresahan dari penjaga SKCK tersebut. Katanya ia istirahat tetapi kami mengganggunya dengan mengetuk pintu terus menerus. Kami dihujani kata-kata dari anggota kepolisian itu tadi. Yah kalo dipikir-pikir memang kami salah mengganggu orang yang sedang istirahat. Tetapi, dilain itu kami juga butuh kepastian yang tepat mengenai urusan proposal yang kami suguhkan ke Polsek sendiri. Terpaksa kami kembali dua kali dengan tangan hampa. 


Yang menarik dari hari rabu kemarin adalah ketika Pak Min tiba-tiba mengekor dari belakang sepeda dan kami di belikan es. Selain itu aku juga mencari-cari tas ku yang berisi laptop ke sekolahan tetapi saat kucek dilorong maupun meja tetap tidak ada. Tidak berakhir sampai disitu aku langsung kerumahnya Rendika dan ia berkata kalo tasku dibawa oleh Selamet. Sampai dirumah Selamet ternyata ia hanya bawa tasnya Rama. Langsung aku bertindak cepat kerumahnya Arif dan Arif mengatakan bahwa tasku dibawa oleh Rudi. Tetapi sampai dirumah Rudi ia tak membawa tasku, ia menaruhnya di rumah Rama. Akhirnya aku kembali ke desaku sendiri dengan rasa gemes-gemes gimana gitu. Pokoknya geramlah, karena bensin yang baru kuisi ulang di POM harus habis sia-sia untuk mencari tasku sendiri.

0 komentar: