Dokumentasi Pribadi |
Bising. Ada keributan kecil dirumah mungil nan
bersejarah. Berdasarkan nilai kesenian memanglah kurang mencolok bangunan
tembok itu. Namun dari segi historis, retorika sejarah lebih padat dan asyik untuk
diapresiasikan. Bangunan mungil itu membikin kita saling pandang. Menetapkan
jajaran kepengurusan dalam organisasi khusus, yaitu mengolah senjata yang
terpendam pada diri manusia. Pengenalan, konflik, klimaks, anti klimaks, serta
pengkhataman masalah adalah lauk pauk sehari-hari dalam kehidupan rumah mungil
itu. Ada yang berbahagia, ada yang berbangga diri, ada yang berkeluh kesah, ada
juga yang membikin masalah. Setidaknya itu adalah hukum alam. Terkadang tak
selaras hingga jauh pada garis ketentuan awal. Hidup adalah hidup. Selalu dinamis.
Juga menimbulkan corak budaya mikro. Berbagai sejarah manusia hingga dikumpulkannya
pada suatu tempat. Siapapun tahu akan hal itu. Bukankah lebih asyik melihat struktur
yang tidak struktural. Ketetapan diatas ketidakharmonisan?. Segerombolan anak
muda hanya bisa membawa kantung telinga dan pikiran yang penuh dengan rasa keingintahuan.
Para pelopor maupun penggerak motorik dalam rumah mungil itu cenderung lebih
menginterpretasikan sejarah dan nilai mendidik dalam kepelatihan.
Become
Trainer, menjadi pelatih tentunya sulit jika masih dalam tahap perencanaan
awal. Yang kualami, praktek di lapangan adalah satu-satunya jalan memecah
kebuntuan hati, risaunya pikiran, serta harapan yang terkadang tidak bisa
direalisasikan. Memang, melihat tingkah laku manusia itu juga dapat disimpulkan
berdasarkan nominal umur. Para kawula muda masih mementingkan dirinya sendiri
pada golongannya. Bahkan ada yang memecah anggapan itu. Pendewasaan mental,
intelektualitas berpikir, dan olah ruhani sejak dini adalah PR besar pada
setiap organisasi. Apalagi untuk instansi pendidikan. SD, SMP, SMA, semuanya membikin
anak-anak sadar akan pentingnya kesadaran diri. Semuanya kembali pada perenungan
kontemplasi terhadap apa yang ia rasakan pada saat momentum berlangsung.
Seperti pada rumah mungil ini. Organisasi Rajawali Samudra. Merintis kader muda
seenggaknya kurang lebih dari sepuluh kepala. Yang awalnya riuh diawal kalah dengan
diamnya orang orang sampai penghujung acara. Menjelang petang.
Segelintir anak
yang bisa menetapkan kapasitas proporsi posisinya sebagai kandidat muda yang di
gembleng apa adanya. Keterbatasan sumber daya manusia menjadi PR sepele bahkan bisa
memuai bila tidak ditindaklanjuti. Beginilah mereka. Asik dengan acara yang
mereka buat. Asik dengan nongkrong bersama kawan-kawannya. Bahkan ada pula yang
asyik dan setia menepati janji dari awal. Yaitu kehadiran diri. Tetapi nggak papa.
Toh itu kan juga semacam bentuk relativitas hidup. Kemungkinan diatas kemungkinan.
Harapan diatas keterpurukan. Bahkan semua itu bisa menyatu, tercampur aduk
sesuai kapasitas pada acara malam tasyakuran. Acara itu kian khidmat dibarengi
sholawatan bersama. Memang bisa dikatakan apa adanya dan mungkin dipandang
sebelah mata. Kalaupun toh berniat buruk. Tetapi soal keterbukaan jangan diremehkan.
Lebih baik dari tahun sebelumnya. Tetapi juga dilain sisi lebih resesif dibanding
anggota kader sebelumnya. Kebersamaan adalah kunci jalannya suatu peraturan. Peraturan
komoditas luas atau hanya sekedar kepentingan pribadi?, Tak jadi masalah. Toh,
dirimu akan tahu dirimu. Batasan dari dirimu akan terlihat di waktu-waktu tertentu.
Sekali lagi saya ucapkan terimakasih atas waktu luangnya. Terimakasih atas goresan
kenangannya. Terimakasih atas kebersamaannya. Toh, ini pun juga belum berakhir.
Seenggaknya marilah kita menggembleng diri kita masing-masing diatas
intelektualitas dalam berpikir terutama wejangan yang sudah diberikan guru
kita dulu. Tetaplah suci kain morimu. Tetaplah indah nilai kedermawananmu
sampai-sampai aku mabuk dibuatnya. Tolong jangan berkecil hati. Memurungkan
diri di dalam lingkaran kebersamaan karena cerminan dirimu esok adalah dirimu sekarang
ini. Mudah-mudahan acara ala kadarnya itu menyadarkan kita terhadap sesuatu yang
sangat penting untuk kita amalkan. Amin
Sabtu, 14 Oktober 2017
0 komentar:
Posting Komentar